TEKNIK KONSELING: BIBLIOTHERAPY
Teknik Bibliotherapy
Bibliotherapy adalah
istilah yang dilontarkan oleh Samuel Crothers tahun 1916 untuk mendeskripsikan
penggunaan buku sebagai bagian dari proses konseling. Saat ini bibliotherapi
adalah sebuah teknik yang sering digunakan konselor pada kliennya yang hendak
memodifikasi cara berpikirnya. Bibliotherapy bertujuan untuk mempengaruhi
kehidupan klien dengan membantu klien menemukan kesenangan dalam membaca dan
melepaskan diiri dari distress mental. Salah satu hal penting dalam teknik ini
adalah klien harus mampu mengidentifikasi diri dengan seorang tokoh yang
mengalami masalah serupa dengan dirinya. Dengan membaca buku atau menonton film
dan mampu mengidentifikasi diri dengan seorang tokoh di dalamnya, klien dapat
“belajar dari orang lain bagaimana cara mengatasi masalahnya”. Film dan video
juga dapat digunakan selama bibliotherapy; teknik ini tidak terbatas pada buku.
Bibliotherapy
memiliki beberapa tujuan, yaitu:
- Mengajarkan berpikir konstruktif dan positif
- Mendorong untuk mengungkapkan masalah dengan bebas
- Membantu klien dalam menganalisis sikap dan perilakunya
- Memungkinkan klien untuk menemukan bahwa masalahnya serupa dengan masalah orang lain
Cara Mengimplementasikan Teknik Bibliotherapy
Terdapat empat tahap dalam mengimplementasi teknik bibliotherapy
(Erford, 2010), yaitu:
- Identifikasi, konselor perlu melakukan identifikasi mengenai kebutuhan-kebutuhan klien.
- Pemilihan, konselor memilih buku-buku, film atau video yang cocok dengan situasi dan kebutuhan klien. Konselor hendaknya merekomendasi buku dan film yang pernah dibaca dan ditonton oleh konselor sendiri serta sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan klien.
- Peresentasi. Dalam tahap ini, klien membaca buku, biasanya secara mandiri, di luar waktu sesi, dan selama sesi-sesi konseling klien mendiskusikan aspek-aspek penting tentang buku yang dibaca bersama konselor. Untuk anak-anak yang lebih muda, bukunya seringkali dibaca bersama-sama dalam sesi konseling. Konselor dapat meminta klien mengarisbawahi poin-poin penting atau kunci dalam buku atau membuat catatan harian jika itu akan membantu klien.
Jackson (dalam Erford, 2010) mendeskripsikan bagaimana cara membantu klien mengidentifikasi diri dengan seorang tokoh dalam cerita.
- Konselor meminta klien untuk menceritakan kembali kisahnya, dan klien dapat memilih caranya (secara lisan, secara artistik, dan sebagainya). Selama proses ini penting untuk meminta klien berkonsentrasi pada perasaan-perasaan yang dialami oleh tokoh dalam cerita.
- Langkah selanjutnya adalah membantu klien menunjukkan transformasi dalam perasaan, hubungan, atau perilaku tokoh cerita. Konselor kemudian membantu klien dalam membandingkan antara klien dengan tokoh dari cerita yang dibacanya. Salah satu bagian esensial pada tahap ini adalah klien mengidentifikasi solusi-solusi alternatif untuk masalah yang dialami tokoh cerita dan mendiskusikan konsekuensi dari masing-masing solusi.
- Tahap terakhir bibliotherapy, yaitu tahap tindak lanjut. Konselor dan klien mendiskusikan apa yang telah klien pelajari maupun apa yang telah dicapai dari mengidentifikasikan diri dengan tokoh cerita. Klien dapat mengungkapkan pengalamannya melalui diskusi, bermain peran, medium seni, dan beragam cara kreatif lainnya. Selama pengimplementasian teknik ini, konselor harus tetap mengingat realitas kliennya.
Variasi-variasi teknik bibliotherapy
- Bibliotherapy tradisonal, cenderung bersifat reaktif; artinya, klien memiliki sebuah masalah dan konselor memilih sebuah buku untuk dibaca klien, yang akan membantu klien mengatasi masalahnya.
- Bibliotherapy interaktif, melibatkan klien yang berpartisipasi dengan cara yang memungkinkannya untuk merefleksikan tentang bacaannya. Cara konselor meminta klien untuk berpartisipasi bervariasi, tetapi mereka dapat memasukkan diskusi kelompok atau menulis catatan harian.
- Bobliotherapy klinis, variasi ini hanya dignakan oleh konselor professional terlaitih untuk membantu klien yang sedang mengalami masalah emosional berat.
Johnson (dalam Erford, 2010) membuat proses lima-langkah untuk mengimplementasikan bibliotherapy di kelas:
- Memotivasi siswa dengan kegiatan-kegiatan perkenalan
- Memberikan waktu untuk membaca
- Memberikan waktu inkubasi
- Melibatkan diri disaat diskusi tindak lanjut
- Mengakhiri dengan penutup dan evaluasi
Referensi
Erford, B. T. (2010). 35 techniques every day
counselor should know, New Jersey: Pearson Education, Inc.
Erford, B. T. (2015). 40 techniques every day
counselor should know, 2nd Ed., Pearson Education, Inc. Soetjipto,
H. P., & Soetjipto, S. M. (terj). (2016). 40 teknik yang harus diketahui
setiap konselor, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Comments
Post a Comment