OTOBIOGRAFI (AUTOBIOGRAFI)
OTOBIOGRAFI (AUTOBIOGRAFI)
(Irfan
Roy T. Sarumpaet, S.S., M.A)
I. Pengertian
Otobiografi
merupakan karangan yang ditulis oleh siswa mengenai riwayat hidupnya sampai
pada saat sekarang ini (Winkel, 2007). Autobiografi juga didefinisikan
sebagai tulisan yang berisi
riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh dirinya sendiri. Autobiografi dapat
mencakup keseluruhan riwayat hidup seseorang atau bagian-bagian tertentu
(kejadian-kejadian) yang dianggap penting (Santoadi, 2009).
Otobiografi
dapat ditulis oleh semua siswa-siswi terlepas dari proses konseling, dapat juga
ditulis oleh siswa-siswi tertentu berkaitan dengan penyelesaian suatu masalah
yang dibicarakan dalam rangka proses konseling.
Unsur
subjektivitas membawa keuntungan karena siswa menggambarkan bagaimana dunia ini
dilihat dari sudut pandang sendiri (internal frame of reference). Namun
unsur subjektivitas ini
menimbulkan kesulitan bagi konselor dalam proses interpretasi karena siswa
dapat melebih-lebihkan kebaikan dan kelemahan serta menilai peran orang lain
secara berat sebelah (Winkel, 2007).
Data-data
yang diperoleh melalui autobiografi, yaitu keterangan tentang diri (nama, ttl,
alamat, dsb), cita-cita, keluarga, riwayat pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dst.),
pengalaman paling berkesan (di sekolah, keluarga, dsb.), hobby, minat,
kesehatan, relasi dengan saudara/i di dalam keluarga, orang tua, teman, dan
orang lain. Istrumen yang digunakan dalam autobiografi buku, alat tulis,
laptop, dsb.
II. Tujuan
Autobiografi bertujuan sebagai alat atau instrumen pengumpul data untuk mengetahui bagaimana
perkembangan hidup individu tertentu secara holistik. Otobiografi sangat
bermanfaat karena disamping konseli menceritakan berbagai kejadian penting pada
masa yang lalu, juga mengungkap mengenai pikiran dan perasaan subjektif
mengenai kejadian yang dideskripsikan.
III. Kegunaan/Manfaat
Adapun kegunaan/manfaat dari otobiografi adalah untuk membantu konseli memahami mengenai perkembangannya
sampai sekarang. Sementara untuk seorang konselor, autobiografi
bermanfaat untuk memahami
kehidupan batin siswa yang subjektif atau dari sudut pandang konseli (Winkel, 2007).
IV. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan
Autobiografi
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan
sehubungan dengan penulisan Autobiografi:
1. Kepastian bahwa penulisan otobiografi akan
membantu siswa/konseli dalam mengatasi masalah yang dihadapi, kerelaan (tidak
paksaan tetapi usulan) siswa/konseli untuk membuka diri, kemampuan
siswa/konseli berefleksi kemampuan siswa/konseli untuk mengungkap pengalaman
hidupnya secara tertulis (bukan kesempurnaan dalam teknik penulisan), kemampuan
konselor dalam menginterpretasi secara bijaksana (Winkel, 2007).
2. Selain itu, kerahasiaan autobiografi harus
dijamin sepenuhnya (bisa dikembalikan setelah digunakan). Bila konseli/siswa
tidak berkenan menulis outobiografi atau kurang mampu, konselor dapat
ditanyakan secara langsung mengenai pengalaman-pengalaman konseli/siswa di masa
lampau, menanyakan apakah konseli memiliki buku harian yang diisi secara
berkala yang mungkin memuat informasi yang bermanfaat. Terkadang sepucuk surat
yang berisi ungkapan permasalahan bersama latar belakangnya dapat menggantikan
otobiografi.
3. Dalam mengadakan interpretasi, konselor
akan mencari jawaban atas serentetan pertanyaan sebagai berikut: kesan umum apa
yang timbul? Apakah banyak digunakan kata yang mengandung konotasi emosional
seperti cinta, benci, bahagia, membosankan, takut, merasa dekat, merasa jauh?
Dsb.
V. Macam-macam
autobiografi
1. Autobiografi terstruktur (terbatas pada
topik-topik tertentu) menguraikan aneka topik yang luas dalam urutan tertentu
atau hanya menanggapi singkat topik yang dituju. Karangan pribadi ini ditulis
atau disusun berdasarkan tema/judul yang telah ditentukan sebelumnya, seperti
cita-citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku, liburanku, sekolahku,
dsb.
2. Autobiografi tidak terstruktur biasanya
disebut komprehensif. Autobiografi tidak terstruktur biasanya menyajikan
riwayat hidup tanpa berpegang pada suatu kerangka yang diikuti secara ketat,
dengan memasukkan segala sesuatu yang dianggap penting (Winkel, 2007).
VI. Teknik/langkah-langkah
1. Perencanaan (mencari database yang
dibutuhkan tentang individu yang akan dipelajari).
2. Pelaksanaan (mempelajari dan memahami
hal-hal yang menonjol dalam autobiografi, memperhatikan setiap kejadian penting
yang ditulis).
3. Evaluasi (membuat laporan hasil database)
4. Analisis hasil evaluasi
5. Tindak lanjut
6. Laporan (tertulis dan dokumentasi fisik).
VII. Prinsip
penulisan autobiografi
(Santoadi, 2009)
Autobiografi
akan bermanfaat bagi konseli bila memenuhi beberapa prinsip berikut:
1. Kerelaan: manfaat autobiografi akan
dirasakan apabila menghimpun, mengola dan mengungkapkan pengalaman batin
(secara tertulis ) dilakukan secara suka rela.
2. Kemampuan refleksi: konseli mampu memandang
pengalaman batinnya (seperti menghadapi bayangan di depan cermin). Refleksi
dalam hal ini terdiri dari beberapa langkah:
a. Menggambarkan: mengingat, menghadirkan
kembali pengalaman batin apa adanya dan jujur (peristiwa dan respon perasaan,
pikiran, sikap terhadap peristiwa tersebut).
b. Merasakan pengalaman batin tersebut
(bersifat afektif). Prinsip yang efektif adalah afektif dalam pengolahan
pengalaman batin berlaku. Merasa-rasakan pengalaman batin ini perlu dilakukan
berulang-ulang, dan apabila pengalaman tersebut menyakitkan, seringkali
menimbulkan keengganan untuk merasakan kembali. Tetapi cara ini sebenanrnya
adalah salah satu langkah menuju tahap lanjut dalam pengolahan diri.
c. Menerima pengalaman batin sebagai bagian
hidup, sekalipun pengalaman batin tersebut sangat menyakitkan. Pada tahap ini
seseorang dapat melakukan klaim (claiming)
bahwa pengalaman batin itu adalah miliknya.
d. Mengungkapkan pengalaman batin kepada orang
lain (proclaiming): keberanian dan
kemampuan mengungkapkan pengalaman batin (terutama yang menyakitkan) adalah
tanda bahwa seseorang sudah mulai berkembang menjadi pribadi yang lebih sehat.
Usaha mengungkapkan pengalaman batin kepada orang lain bukan sesuatu yang
sederhana sebab apabila pengalaman itu sangat menyakitkan, bisa disertai
tangisan.
3. Kemampuan konselor menginterpretasi tulisan
pengalaman batin konseli. Hal-hal yang dilakukan oleh konselor dalam
interpretasi adalah: kesan umum dari tulisan autobiografi, apakah konseli
menggunakan kata-kata yang berkonotasi emosional, taraf kedalaman ekspresi
diri, apa kesimpulan dari seluruh catatan autobiografis. Konselor
menindaklanjuti interpretasi dengan pertemuan lanjutan dengan konseli.
VIII. Keterbatasan
Harus
diinterpretasikan dalam hubungannya dengan data yang berasal dari sumber lain,
penulisan riwayat hidup sangat tergantung pada kemampuan dan kecakapan individu
dalam menulisnya, bagi konselor: dibutuhkan kemampuan dan latihan serta
pengalaman yang cukup matang untuk mengerti atau memahami persoalan yang ada
dibalik kalimat yang dituliskan, riwayat hidup bersifat subjektif.
----- SELAMAT MEMBACA -----
Comments
Post a Comment