Struktur Kepribadian Menurut Freud

Struktur Kepribadian Menurut Freud (1856-1939)
Freud mengembangkan gagasannya tentang teori psikoanalisis dari prakteknya dengan pasien yang mengalami gangguan mental. Freud mengatakan bahwa kepribadian memiliki tiga struktur, yaitu: 
  1. Id adalah strutur dari Freud tentang kepribadian yang terdiri dari naluri, yang merupakan sumber energi psikis seseorang. Id sepenuhnya tidak disadari, tidak mempunyai hubungan dengan realitas. Ketika anak mengalami tuntutan dan hambatan dari realitas, suatu struktur kepribadian baru muncul, yaitu ego (Santrock, 1996). Id merupakan sistem kepribadian yang asli; Rahim tempat ego dan super ego berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan reservoir energi dan menyediakan seluruh daya untuk menjalankan kedua sistem yang lain. Freud juga menyebutkan bahwa Id adalah “kenyataan psikis yang sebenarnya” karena Id merepresentasikan dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif (Hall & Lindzey, 1993). Id tidak bisa menanggulangi peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu, apabila tingkat tegangan organisme meningkat, baik akibat dari stimulus dari luar maupun rangsangan-rangsangan yang timbul dari dalam, maka Id akan bekerjasedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat energi rendah dan konstan serta menyenangkan. Prinsip reduksi tegangan yang merupakan ciri kerja Id ini disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle) (Hall & Lindzey, 1993). Fungsi Id adalah untuk memperoleh kepuasan (Feist & Feist, 2010). Untuk melaksanakan tugas mengindari rasa sakit dan mendapatkan kenikmatan, Id memiliki dua proses, yaitu: tindakan refleks dan proses primer. Tindakan refleks adalah reaksi-reaksi otomatik dan bawaan seperti bersin dan berkedip; tindakan-tindakan refleks itu biasanya segera mereduksi tegangan. Proses primer menyangkut suatu reaksi psikologis yang sedikit lebih rumit. Ia berusaha menghentikan tegangan dengan membentuk khayalan tentang objek yang dapat menghilangkan tegangan tersebut. Misalnya proses primer menyediakan khayalan tentang makanan kepada orang yang lapar. Pengalaman halusinatorik dimana objek-objek yang diinginkan hadir dalam bentuk gambaran ingatan disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment). Contoh proses primer yang paling baik pada orang normal ialah mimpi dimalam hari. Halusinasi dan penglihatan pasien psikotik juga merupakan contoh proses primer (Hall & Lindzey, 1993). Singkatnya, Id adalah wilayah yang primitif, kacau balau dan tidak terjangkau oleh alam sadar. Id tidak sudi diubah, amoral, tidak logis, tidak bisa diatur, dan penuh energi yang datang dari dorongan-dorongan dasar serta dicurahkan semata-mata untuk memuaskan prinsip kesenangan. Sebagai wilayah bagi dorongan-dorongan dasar (dorongan utama), Id beroperasi berdasarkan proses pertama (primary process). Oleh karena id menggunakan kaca mata kuda dalam upaya memenuhi prinsip kesenangan, maka id bertahan dengan cara bergantung pada pengembangan proses sekunder (secondary process) yang membuatnya dapat berhubungan dengan dunia luar. Fungsi proses sekunder ini dijalankan oleh ego (Feist & Feist, 2010). 
  2. Ego ialah struktur kepribadian yang berfungsi menghadapi tuntutan realitas. Ego disebut sebagai cabang eksekutif dari kepribadian karena ego membuat keputusan rasional (Santrock, 1996). Ego, atau saya, adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan realita. Ego berkembang dari Id semasa bayi dan menjadi satu-satunya sumber seseorang dalam berkomunikasi dengan dunia luar. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan (reality principle), yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik Id. Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan objektif. Orang yang lapar harus mencari, menemukan dan memakan makanan samapai tegangan karena rasa lapar dapat dihilangkan. Orang harus belajar membedakan antara gambaran ingatan tentang makanan dan persepsi actual terhadap makanan seperti yang ada di dunia luar. Setelah melakukan pembedaan yang sangat penting ini, maka perlu mengubah gambaran ke dalam persepsi yang terlaksana dengan menghadirkan makanan di lingkungan. Dengan kata lain, orang mencocokkan gambaran ingatan tentang makanan dengan penglihatan dan penciuman terhadap makanan yang dialaminya melalui pancaindra (Hall & Lindzey, 1993). Ego dikatakan mengikuti prinsip kenyataan, dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip kenyataan adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Untuk sementara waktu, prinsip kenyataan menunda prinsip kenikmatan, meskipun prinsip kenikmatan akhirnya terpenuhi ketika objek yang dibutuhkan ditemukan dan dengan demikian tegangan direduksikan. Prinsip kenyataan sesungguhnya menanyakan apakah pengalaman benar atau salah – yakni, apakah pengalaman itu ada dalam kenyataan dunia luar atau tidak – sedangkan prinsip kenikmatan hanya tertarik pada apakah pengalaman itu menyakitkan atau menyenangkan (Hall & Lindzey, 1993). Proses sekunder adalah berpikir realistic. Dengan proses sekunder, ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana ini, biasanya melalui suatu tindakan, untuk melihat apakan rencana itu berhasil atau tidak. Orang yang lapar berpikir di mana ia dapat menemukan makanan dan kemudian pergi ke tempat itu. Ini disebut pengujian terhadap kenyataan (reality testing). Untuk melakukan peranannya secara efisien, ego mengontrol semua fungsi kognitif dan intelektual; proses-proses jiwa ini dipakai untuk melayani proses sekunder. Ego disebut eksekutif kepribadian karena ego mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan, memilih segi-segi lingkungan ke mana ia akan memberikan respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif yang sangat penting ini, ego harus berusaha mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering bertentangan. Hal ini bukanlah suatu tugas yang mudah dan sering menimbulkan tegangan berat pada ego (Hall & Lindzey, 1993). Harus diingat bahwa ego merupakan bagian id yang terorganisasi yang hadir untuk memajukan tujuan-tujuan id dan bukan untuk mengecewakannya, dan bahwa seluruh dayanya berasal dari id. Ego tidak terpisah dari id dan tidak pernah bebas sama sekali dari id. Peranan utamanya adalah menengahi kebutuhan-kebutuhan instingtif dari organisme dan kebutuhan-kebutuhan lingkungan sekitarnya; tujuan-tujuannya yang sangat penting adalah mempertahankan kehidupan individu dan memperhatikan bahwa spesies dikembangbiakkan (Hall & Lindzey, 1993). 
  3. Super Ego adalah struktur kepribadian dari Freud yang merupakan cabang moral dari kepribadian. Dalam psikologi Freudian, superego atau saya yang lebih (above-I), mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas dan idealis (modalistic and idealistic princeples) yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari id dan prinsip realistis dari ego. Id dan Ego tidak memiliki moralitas. Mereka tidak mempertimbangkan apakah sesuatu itu benar atau salah. Super ego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orangtua kepada anak, dan dilaksanakan dengan cara memberinya hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Superego adalah wewenang moral dari kepribadian; ia mencerminkan yang ideal dan bukan yang real; dan memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Perhatiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat (Hall & Lindzey, 1993). Superego sebagai wasit tingkah laku yang diinternalisasikan berkembang dengan memberikan respon terhadap hadiah-hadiah dan hukuman-hukuman yang diberikan orangtua. Untuk memperoleh hadiah-hadiah dan menghindari hukuman-hukuman, anak belajar mengarahkan tingkah lakunya menurut garis-garis yang diletakkan orangtua. Freud mengatakan bahwa kepribadian itu seperti gunung es, sebagian besar kepribadian berada di bawah taraf kesadaran kita, seperti sebagian besar gunung es berada di bawah permukaan air (Santrock, 1996). Freud percaya bahwa kehidupan remaja dipenuhi oleh ketegangan dan konflik. Untuk mengurangi ketegangan ini, remaja menyimpan informasi dalam pikiran tidak sadar mereka. Freud juga mengatakan bahwa tingkah laku yang sepele pun memiliki makna khusus bila kekuatan tidak sadar di balik tingkah laku tersebut ditampilkan. Sebuah gerakan kecil, lelucon, senyuman – bagi Freud – semunya mungkin memiliki alasan yang tidak disadari untuk kemunculannya. Misalnya, Roy yang berusia 17 tahun sedang memeluk Angel dan berkata “oh, Ven, saya sangat mencintaimu”. Angel mendorongnya dan berkata, “mengapa kamu memanggil saya Ven”? saya pikir kamu sudah melupakan dia. Kita harus bicara!. Mungkin anda masih ingat ketika salah ucap (Freudian slip) seperti ini tampil dalam tingkah laku anda (Santrock, 1996). Bagaimana ego mengatasi konflik antara tuntutannya untuk realitas, keinginan id dan kekangan dari superego? Dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri (defense mechanisms) – istilah psikoanalisis untuk metode yang tidak disadari – ego merusak realitas dan karena itu melindungi dirinya dari rasa cemas. Dalam pandangan Freud, tuntutan yang saling berkonflik dari struktur kepribadian menyebabkan rasa cemas. Misalnya, ketika ego menghambat pencapaian kepuasan oleh id, kita merasa cemas. Keadaan yang tidak menyenangkan ini berkembang ketika ego merasa bahwa id akan menimbulkan gangguan pada individu. Rasa cemas memperingatkan ego agar mengatasi konflik dengan menggunakan mekanisme pertahanan (Santrock, 1996). Represi (repression) merupakan mekanisme pertahanan yang paling umum dan kuat, menurut Freud. Impuls yang tidak dapat diterima didorong keluar dari kesadaran dan kembali ke pikiran yang tidak disadari. Resepsi merupakan dasar dari semua mekanisme pertahanan bekerja; tujuan dari semua mekanisme pertahanan adalah untuk menekan atau mendorong impuls yang mengancam keluar dari kesadaran. Freud mengatakan bahwa pengalaman masa kecil kita, banyak diantaranya bersifat seksual, terlalu mengancam dan menimbulkan stress jika dihadapi secara sadar, dan kita mengurai rasa cemas dari konflik ini melalui represi (Santrock, 1996).  






Referensi


Feist, J, & Feist, G. (2009). Theories of personality, Ed. 7th. New York: McGraw Hill. (diterjemahkan oleh Handrianto. (2010), Teori kepribadian, ed. 7, Jakarta: Salemba Humanika)

Hall, C. D., & Lindzey, G. (Editor: Supratiknya, A.). (1993). Teori-teori psikodinamik (Klinis), Yogyakarta: Kanisius.

Santrock, J. W. (1996). Adolesence, 6th. Times Mirror Higher Education. (Terjemahan: Kristiaji, W. C., & Sumiharti, Y. (Eds.). (2003). Adolesence: Perkembangan Remaja, Ed. 6. Jakarta: Penerbit Erlangga).
 

Comments

Popular Posts